Sejarah Singkat Nabi Hud
Nabi Hud Alaihissalam merupakan salah satu dari 25 Nabi utusan Allah Ta’ala yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri. Nabi Hud ‘alaihissalam yang merupakan nabi ke-empat ini berasal dari bangsa Arab, tepatnya suku ‘Ad. Kisah dakwah Nabi Hud A.S. kepda kaum ‘Ad juga bisa ditemukan melaui buku Nabi Hud yang ada dibawah ini.
Diriwayatkan dari Abu Dzar, nabi-nabi lain yang berasal dari bangsa Arab selain Nabi Hud ‘alaihissalam adalah, Nabi Saleh ‘alaihissalam, Nabi Syu’aib ‘alaihissalam, dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sejak kecil Nabi Hud ‘alaihissalam dikenal sebagai sosok yang memiliki perilaku sangat terpuji diantaranya, jujur, amanah, berbudi pekerti luhur, bekerja keras, serta sangat bijaksana dan ramah dalam bergaul dengan kawan-kawan sepantaran di sekelilingnya.
Kisah tentang kehidupan dan perjalanan dakwah Nabi Hud ‘alaihissalam sendiri banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an. Nama “Hud” bahkan diabadikan sebagai nama salah satu surat di Al-Qur’an, yakni surat ke-sebelas. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 50 yang menyebutkan tentang Nabi Hud ‘alaihissalam dan kaum ‘Ad.
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada.’” (Q.S. Hud ayat 50).
“Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (Seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?” (Q.S. Hud ayat 51).
Semasa hidupnya Nabi Hud ‘alaihissalam menempati sebuah daerah yang disebut dengan Al-Ahqaf, tepatnya di sebelah utara Hadramaut, berada diantara Yaman dan Oman. Hadramaut adalah sebuah daerah yang sangat indah karena memiliki tanah yang subur.
Banyak hasil pertanian yang tumbuh dengan baik dari tanah subur Hadramaut. Selain diyakini sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam, Hadramaut juga diyakini sebagai daerah dimana Nabi Saleh AS dilahirkan.
Bukan hanya menyimpan fakta sebagai tanah kelahiran Nabi Hud ‘alaihissalam dan Nabi Saleh ‘alaihissalam, tetapi Hadramaut juga menyimpan keistimewaan lain yaitu terdapat bangunan suci umat Islam yang disebut dengan Qabr Hud (Makam Hud). Di dekat Qabr Hud terdapat sebuah masjid yang selalu ramai dikunjungi peziarah, terutama pada tanggal 11 Sya’ban.
Sejarah Nabi Hud ‘alaihissalam sangat erat kaitannya dengan kaum ‘Ad yaitu kaum yang hidup di zaman Nabi Hud ‘alaihissalam dan merupakan kaum tertua setelah dibinasakannya kaum yang dzolim kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam.
Diriwayatkan, Nabi Hud ‘alaihissalam adalah cucu dari Nabi Nuh ‘alaihissalam atau bisa disebut juga merupakan keturunan dari Sam bin Nuh (kaum ‘Ad). Kaum ‘Ad yang hidup di zaman Nabi Hud ‘alaihissalam dikenal sebagai kaum yang hidup dengan amat nyaman dan sejahtera.
Kehidupan mereka makmur karena dilimpahi dengan ladang pertanian yang terhampar subur nan hijau, hewan ternak yang sehat dan banyak, serta aliran air yang melimpah dan segar. Selain itu, perawakan tubuh kaum ‘Ad juga diketahui besar dan kuat sehingga sangat menguntungkan mereka dalam bekerja sehari-harinya.
Namun kenikmatan dan berbagai berkah yang dilimpahkan kepada kaum ‘Ad tidak serta merta membuat mereka bersyukur dan menyembah Allah Ta’ala. Kaum ‘Ad tidak mengenal Allah Ta’ala sebagai Tuhan mereka, sama seperti yang dilakukan oleh kaum sebelum mereka (kaum Nabi Nuh). Mereka menyembah patung buatan mereka sendiri dan diberi nama dengan Shamud dan Alhattar.
Perjalanan Dakwah Nabi Hud
Target utama dari dakwah yang dilakukan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam adalah Kaum ‘Ad yang bermukim di sekitar tempat tinggal Nabi Hud ‘alaihissalam, yaitu di Al-Ahqaf. Tugas Nabi Hud ‘alaihissalam untuk menyerukan ajaran agar menyembah Allah Ta’ala dan menghindari perbuatan musyrik. Kaum ‘Ad dikenal menyembah patung berhala yang mereka buat sendiri. Seperti ditunjukkan dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 52.
“Dan (Hud berkata), ‘Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.’” (Q.S. Hud ayat 52).
Kisah Nabi Hud Diutus sebagai Penolong bagi Kaum ‘Ad
Keringat dan usaha tiada henti yang diperjuangkan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam dalam menyerukan kebaikan kepada kaum ‘Ad selain diabadikan ke dalam Al-Qur’an surat Hud, juga diabadikan dalam surat Asy-Syu’ara ayat 128-135.
Nabi Hud ‘alaihissalam menyeru kepada kaum ‘Ad untuk meninggalkan patung berhala yang mereka sembah dan beralih menyembah kepada Allah Ta’ala. Nabi Hud ‘alaihissalam pun menunjukkan bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah Ta’ala kepada kaum ‘Ad agar mereka dapat memilih ke jalan yang benar.
Namun kaum ‘Ad sama sekali tidak mempercayai Nabi Hud ‘alaihissalam dan tidak mau meninggalkan sesembahan mereka. Bahkan kaum ‘Ad menuduh Nabi Hud ‘alaihissalam sudah terkena penyakit gila.
“Mereka (kaum ‘Ad) berkata, ‘Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu, kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.’ Dia (Hud) menjawab, ‘Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’” (Q.S. Hud ayat 54).
Balasan Azab Kepada Kaum ‘Ad yang Ingkar
Buntut dari perilaku kaum ‘Ad yang tamak dan sombong serta menentang Nabi Hud ‘alaihissalam, maka Allah Ta’ala memberikan peringatan kepada mereka berupa kekeringan yang panjang. Musibah kekeringan yang menimpa kaum ‘Ad ini sempat membuat mereka resah dan khawatir.
Mereka takut pertanian mereka gagal panen sehingga menyebabkan kelaparan. Celah tersebut yang dimanfaatkan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam untuk meyakinkan kaum ‘Ad agar meninggalkan berhala dan berpaling untuk bertaubat dan menyembah Allah Ta’ala.
Namun perkataan Nabi Hud ‘alaihissalam benar-benar tidak dihiraukan sama sekali oleh mereka. Sesuai yang tertuang dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 70.
“Mereka berkata, ‘Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!’” (Q.S. Al-A’raf ayat 70).
Akibat dari keras kepalanya kaum ‘Ad yang terus menerus menentang Nabi Hud ‘alaihissalam dan menyekutukan Allah Ta’ala, maka selanjutnya Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan mendatangkan gumpalan awan hitam nan pekat.
Para kaum ‘Ad berseru gembira karena mengira awan tersebut adalah pertanda datangnya hujan yang akan menyelamatkan ladang dan pertanian mereka dari kekeringan.
Namun, di tengah sorak sorai kaum ‘Ad yang berbahagia atas kedatangan awan tersebut, Nabi Hud ‘alaihissalam memberi peringatan bahwa awan hitam yang datang bukanlah pertanda baik akan turunnya hujan.
Melainkan pertanda buruk akan datangnya azab dari Allah Ta’ala kepada kaum ‘Ad karena telah menyekutukan Allah Ta’ala. Tetapi sekali lagi peringatan yang disampaikan oleh Nabi Hud ‘alaihissalam tidak dihiraukan oleh mereka. Kaum ‘Ad tetap tidak mau mempercayai segala perkataan dan meminta bukti atas peringatan Nabi Hud ‘alaihissalam.
Hingga akhirnya Allah Ta’ala sebagai sang Kuasa benar-benar menjatuhkan azab kepada kaum ‘Ad dengan datangnya angin topan secara dahsyat. Angin topan tersebut langsung merobohkan dan menyapu apa saja yang ada seperti rumah, bangunan, berhala, ladang, hewan ternak, dan berbagai harta benda lainnya milik kaum ‘Ad.
Angin topan kencang tersebut akhirnya mampu membinasakan kaum ‘Ad beserta berhala-berhala yang mereka sembah. Saking dahsyatnya, diriwayatkan bahwa angin yang berlangsung selama delapan hari tujuh malam tersebut telah menghancurkan segalanya seperti serbuk. Kisah tentang angin topan yang menimpa kaum ‘Ad diceritakan dalam surat Al-Haqqah ayat 6-8.
“Sedangkan Kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin. Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus menerus; maka kamu melihat Kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (Q.S. Al-Haqqah ayat 6-8).
Lalu ketika terjadi bencana angin topan dahsyat yang menimpa kaum ‘Ad, apakah yang terjadi kepada Nabi Hud ‘alaihissalam dan para pengikutnya? Tentu saja mereka diselamatkan oleh Allah Ta’ala.
Nabi Hud ‘alaihissalam dan para pengikutnya tetap berdiam di rumah tanpa merasakan sedikitpun bahaya dari angin topan tersebut. Setelah kejadian yang menimpa kaum ‘Ad, akhirnya Nabi Hud ‘alaihissalam dan para pengikutnya berpindah ke daerah Hadramaut untuk menetap di sana hingga beliau menghembuskan nafas terakhirnya.
Mukjizat Allah Ta’ala kepada Nabi Hud
Bagi kalian yang belum familiar dengan istilah mukjizat, mukjizat adalah suatu peristiwa, kejadian, ataupun kemampuan luar biasa yang dimiliki atau terjadi pada diri Nabi dan Rasul. Mukjizat diturunkan dan diberikan secara langsung oleh Allah Ta’ala kepada Nabi dan Rasul untuk membuktikan bahwa mereka adalah orang istimewa yang terpilih dalam mengemban dakwah kepada sesamanya. Mukjizat tidak akan dapat ditiru oleh siapapun sehingga Ia berbeda dengan sihir. Sihir dapat dipelajari dan dapat dilawan, sedangkan mukjizat tidak.
Tiga mukjizat yang dimiliki oleh Nabi Hud
Berikut dijelaskan mengenai tiga mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi Hud ‘alaihissalam guna membantu beliau dalam menjalankan dakwah kepada kaum ‘Ad:
- Atas seizin Allah Ta’ala, Nabi Hud ‘alaihissalammampu menurunkan hujan dimana kala itu kaum ‘Ad sedang dilanda musibah kekeringan hebat hingga membuat ladang, pertanian, dan hewan ternak mati karena tidak ada sumber air.
- Nabi Hud ‘alaihissalam dikarunia oleh Allah Ta’ala umur yang panjang yaitu hingga mencapai 130 tahun.
- Nabi Hud ‘alaihissalam dan para pengikutnya dapat selamat dari bencana angin topan dahsyat.
Untuk dapat lebih memhamai mukjizat yang dilakukan beliau, buku Mukjizat Para Nabi dibawah ini dapat kamu pelajari yang merupakan bku pop-up yang menceritakan perjalanan penting dari hidup para nabi dengan ilustrasi yang menarik.
Kisah Nabi Hud yang Diabadikan di dalam Al-Qur’an
Kisah perjalanan Nabi Hud ‘alaihissalam dalam berdakwah tercantum dan diabadikan dalam beberapa surat di Al-Qur’an, di antaranya:
Surat Hud ayat 50 hingga ayat 54
“Dan kepada kaum ‘Aad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, “Wahai Kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada ” (Q.S. Hud ayat 50).
“Wahai Kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?” (Q.S. Hud ayat 51).
“Dan (Hud berkata), “Wahai kaumku! Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.”” (Q.S. Hud ayat 52).
“Mereka (kaum ‘Ad) berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu.” (Q.S. Hud ayat 53).
“Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Dia Hud menjawab, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (Q.S. Hud ayat 54).
Surat Al-Mu’minun ayat 31 hingga ayat 41
“Kemudian setelah mereka, Kami ciptakan umat yang lain (kaum ‘Ad).” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 31).
“Lalu Kami utus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (yang berkata), “Sembahlah Allah! Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 32).
“Dan berkatalah para pemuka orang kafir dari kaumnya dan yang mendustakan pertemuan hari akhirat serta mereka yang telah Kami beri kemewahan dan kesenangan dalam kehidupan di dunia. “(Orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan apa yang kamu makan, dan dia minum apa yang kamu minum.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 33).
“Dan sungguh, jika kamu menaati manusia yang seperti kamu, niscaya kamu pasti rugi.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 34).
“Adakah dia menjanjikan kepada kamu, bahwa apabila kamu telah mati dan menjadi tanah dan tulang belulang, sesungguhnya kamu akan dikeluarkan dari kuburmu?” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 35).
“Jauh! Jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 36).
“(Kehidupan itu) tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, (di sanalah) kita mati dan hidup dan tidak akan dibangkitkan (lagi).” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 37).
“Dia tidak lain hanyalah seorang laki – laki yang mengada – adakan kebohongan terhadap Allah, dan kita tidak akan mempercayainya.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 38).
“Dia (Hud) berdoa, “Ya Tuhanku tolonglah aku karena mereka mendustakan aku.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 39).
“Dia (Allah) berfirman, “Tidak lama lagi mereka pasti akan menyesal.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 40).
“Lalu, mereka benar – benar dimusnahkan oleh suara yang mengguntur, dan Kami jadikan mereka (seperti) sampah yang dibawa banjir. Maka binasalah bagi orang – orang yang zalim.” (Q.S. Al-Mu’minun ayat 41).
Surat Al-Haqqah ayat 6 hingga ayat 8
“Sedangkan kaum ‘Aad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin.” (Q.S. Al-Haqqah ayat 6).
“Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus menerus, maka kamu melihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang – batang pohon kurma yang telah kosong.” (Q.S. Al-Haqqah ayat 7).
“Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (Q.S. Al-Haqqah ayat 8).